RUMAH JAROT: kehidupan malam

Tampilkan postingan dengan label kehidupan malam. Tampilkan semua postingan

17 September 2008

Tak Bisa Menikmati Kehidupan Malam Jakarta

MUNGKIN juga perasaan sepi yang acap mendera jiwaku, seperti kutulis di bawah judul Sepi di Metropolitan, karena pada dasarnya aku kurang bisa menikmati kehidupan atau hiburan malam yang banyak bertebaran di metropolitan. Kehidupan dunia gemerlap (apa pula istilahnya ini?) alias dugem, misalnya. Sejak masih mahasiswa pun aku tak minat mengikutinya.

Baca selengkapnya »

MEREKA MEMPERMALUKAN ALLAH...

"Rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku," cetus Allah via sebuah hadis qudsi. Tapi sebagian manusia tetap saja keras kepala mengumbar murka, lalu menisbatkan ulah kejinya itu sebagai kehendak Tuhan. Seperti peledakan bom di Kuta, Bali, yang menewaskan 202 orang dan mencederai 209 lainnya, pada 2002. Puluhan WNI tewas dalam kasus ini. Alhamdulillah akhirnya keluar vonis mati bagi Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudera yang terbukti melakukan tindak kekerasan ini. Tindak kekerasan yang justru mencoreng spirit tasamuh (toleransi) dan rahmatan lil alamin (rahmat bagi semua) dari ajaran Islam. Muhammad, sang Nabi lembut hati, pun tak pernah mendidik umatnya untuk membunuh perempuan, anak-anak, orang tua, orang-orang yang tak bersenjata, dan mereka yang tak bersalah, dengan membabi buta. Apalagi babi sendiri haram disantap umat Islam. (Lho, apa kaitannya? Wah, afwan, maaf, error nih). Yang jelas, bom Bali malah mempermalukan orang Islam saja, dan juga mempermalukan Allah yang Maha Perkasa: perang (jihad) kok melawan orang tak bersenjata. Itu pengecut namanya. Sudah begitu membawa-bawa nama Allah dan mengaku sebagai jundullah (prajurit Allah) lagi. Sedangkan menantu Nabi SAW, Ali bin Abi Thalib, yang sudah menghunus pedang di leher musuh pun mengurungkan niatnya membunuh, karena malu kepada lawannya yang sudah tak bersenjata. Ali yang tawaduk (rendah hati) juga khawatir, jangan-jangan ia membunuh hanya karena nafsu, dan bukan karena Allah... Apalagi Nabi sendiri pernah bersabda bahwa membunuh satu orang yang tidak bersalah (teks asli: orang yang tiada hak bagi kita untuk membunuhnya) sama nilainya dengan membunuh seluruh umat manusia. Walhasil, musuh Ali yang beragama Yahudi tadi pun dilepas Ali begitu saja. Subhanallah, karena kagum pada akhlak jihad Ali bin Ali Thalib yang terpuji, si Yahudi akhirnya justru masuk Islam. Pertanyaannya: Apakah pelaku kekerasan berlabel jihad pasti masuk surga seperti diyakini pelaku bom Bali? Belum tentu.Sejarah mengajarkan, suatu ketika ada pemuda tampan dan gagah berani maju ke medan perang di hadapan Nabi dan para sahabat. Tak lama kemudian pemuda ini pun tewas. Para sahabat Nabi bertanya, apakah pemuda tadi akan masuk surga? Jawab Nabi: masuk neraka, sebab sejatinya ia berjihad karena ingin mendapat wah, pamer alias ujub belaka. Dengan kata lain, pemuda tadi berjihad lantaran menuruti hawa nafsu, meski bisa saja ia mengaku hendak meraih ridha Allah.